Sportivitas - Bilik Sastra
Headlines News :
Home » » Sportivitas

Sportivitas

Written By rumah karya on Sabtu, 09 Oktober 2010 | 16.19

Gesekan waktu selalunya membawa pada perubahan. Pesawat yang dahulu tidak ada, kini dengan racikan super canggih, besi bisa terbang di udara. Besi bisa berjalan memanjang dengan teknik rakit super hebat. Kapal bisa mengapung dengan pola yang tak terpikirkan manusia baheulak. Semuanya maju, karena memang skenario dunia tidak menggunakan flashback seperti di film atau sinetron. Inilah kehidupan nyata. Bebas dari campur tangan manusia. Yang kesemua cerita telah diatur yang Maha Kuasa. Siapa yang antagonis dan sipa yang protagonis. Siapa yang happy ending. Dan siapa yang sad ending. Semua telah diatur tanpa tambalan, tanpa ada kekurangan. Close shot yang kurang pas, montage shot yang kacau, angle on yang kurang mantap atau juga point of view yang tak cocok. Perfect. Semua imtiyaz.
Begitu juga dengan pergantian pada setiap scene kehidupan. Semuanya memiliki masa, masa tenar seperti fir’aun si durhaka yang Allah abadikan dalam firman-Nya. Cerita Qarun di dinding sejarah manusia yang tenggelam bersama harta dan jiwanya. Kaum saba’ yang Allah abadikan dalam Al-Quran kesombongannya. Setiap generasi bisa memelototkan mata membaca kisah mereka. Atau geleng-geleng kepala tak menyangka. Bagaimana dulu terjadi malapetaka.

Setiap antagonis memiliki akhir kisah yang berbeda. Terkadang bahagia, seperti pelacur yang memberi minum seekor anjing. Allah masukkan ke Surga. Terkadang juga merana, seperti Fir’aun dan rekan-rekannya yang durhaka. Allah campakkan ke Neraka yang menyala-nyala.

Semua memiliki masa, masa kejayaan berlimpah nikmat, nabi Sulaiman misalnya. Lautan, bumi dan udara semua di bawah kendali. Pasukannya tak tersapu mata. Manusia, jin dan hewan tunduk di bawah titah. Sebuah masa yang Allah pahat dalam firman-Nya. Subhanallah!

Begitu juga dengan episode pemerintahan. Menggelinding dan terus menggelinding. Dari semenjak kita belum menginjakkan kaki di Zagazig ini, sampai kini kita pelakon ataupun bintang yang akan memainkan peran masing-masing. Siapa pemerintah dan siapa rakyat. Kitalah aktor. Siapa antagonis dan siapa protagonis. Siapa yang aktif dan siapa pasif. Sekaranglah babak itu dimulai. Di babak ini, estapet itu menyambung kembali. Melanjutkan program-program dahulu. Menambal sobekan-sobekan baju. Dan tentunya kita harus lebih maju dari pendahulu. Seperti halnya zaman yang melesat-lesat bagai anak panah. Cepat berganti. Tak terasa. Tiba-tiba kita telah sampai di gerbang rumah. Dengan menggagas ide-ide baru, karena kita adalah pembaharu. Membuat inovasi-inovasi. Gebrakan-gebrakan anyar. Mempekatkan warna-warna yang buram oleh zaman. Dan kesemuanya bisa tercipta dengan kerjasama.

Di episode ini kembali kita belajar untuk hidup bersosial. Hidup untuk orang lain. Hidup bagaimana memberikan manfaat, karna itu sebaik-baik umat –manusia-. Miris! Ketika rakyat tidak memilik simpati pada pemerintahan. Bisa dihitung jari ketahanannya berdiri. Tak ubahnya bangunan tanpa tiang. Atap-atap kegiatan hanya menjadi pajangan belaka. Tanpa bisa memberi keteduhan pada pemilik rumah. Percuma pondasi dan dinding kalau tidak bisa bernaung. Sia-sia biaya yang dikeluarkan, kalau tiada memberi pencerahan.

Selayaknya bagi masyarakat yang diberikan haknya, untuk menunaikan kewajiban. Ketika ada sesuatu berupa musa’adah, informasi atau pelayanan kita tak pernah ditinggalkan. Selalu didahulukan. Sebagai orang yang mengerti mana hak dan kewajiban, sudah sepatutnya untuk meletakkan mana yang harus ditaruh dan mana yang harus ditinggalkan.

Perlu direnungkan, DPD adalah fasilitator. Perpanjangan tangan dari pada kita. Membantu segala urusan. Menjawab beragam pertanyaan. Memberi solusi permasalahan. Menaungi rakyatnya, menyatukan semua dalam sebuah kesatuan. Sebagai orang yang tahu berterima kasih, sepatutnya meramaikan kegiatan-kegiatan. Jangan hanya ada ketika musa'adah. Ketika ada acara, minggat. Jangan hanya hak yang dituntut. Ketika tidak dapat ini, berorasi. Bicara sana-sini. Seakan hilang kepedulian. Dan kewajiban enggan dijalankan. Jadilah masyarakat yang memiliki sportivitas. Ketika diminta bantuan datang, ketika ditelpon menjawab. Ketika ada acara, ramaikan. Dengan demikian simbiosis mutualisme tercipta. Jangan hanya diam membantu. Menuntut ini itu ketika tak sesua selera. Ketika diminta pertimbangan, masukan dan saran, enggan.

Kalau bukan kita yang akan mensukseskan setiap program DPD, siapa lagi. Tidak mungkin kita berharap pada burung yang terbang.. Tidak mungkin kita meminta masyarakat di luar sana untuk selalu hadir. Sedang kita, duduk diam. Berendam di dasar laut tanpa memperlihatkan raut. Ini juga mungkin suatu penyakit, ketika ada acara sedikit. Ketika ada musa’adah berhimpit-himpit. Semua keluar dari persembunyian yang paling sunyi, hatta tak terdeteksi nyamuk dan kepinding. Membludak. Andai setiap acara DPD demikian. Waw! luar biasa. Ide-ide akan berseliweran. Lalu lalang. Tidak lagi pusing mencari apa, bagaimana dan siapa. Tapi bingung memilah yang mana. Saking meimpah ruah. Dengan demikian celah-celah akan tertutupi. Lobang-lobang akan tertimbun. Buah baju akan terpasang. Dan tak lagi ada tuntutan karena semua sesuai kehendak. Karena semua bergerak. Karena tetes pikiran tumpah. Itulah tack and give. Masyarakat memberi ide. DPD menerima masukan. Dengan demikian terciptalah sportivitas. Saling melengkapi. Menerima dan memberi.

Sportivitas sangat urgen dalam setiap tindak tanduk kita. Tanpa adanya sportivitas, maka akan seperti dalam sepak bola Indonesia, yang selalu dikhiri dengan tawuran masa. Ketika hak kita tidak diberikan tentunya bisa dituntut. Lalu bagaimana ketika kewajiban kita tidak dilaksanakan. Apakah terjadi tawuran. Tentunya tidak! Tapi yang terjadi adalah ketimpangan. Dan itulah yang akan melanda DPD ini. Jikalau sportivitas itu lenyap.

Marilah kita tancapkan sportivitas itu dalam diri. Dengan demikian tanpa perlu dipanggil kita akan datang. Tanpa perlu di komando kita akan bergerak hanya dengan melihat gejala-gejala masalah. Keseimbangan akan terjadi. Dan DPD kita akan terus maju dengan inovasi-inovasi jitu. Wallau a’lam
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

Template Information

Label 6

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2011. Bilik Sastra - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Published by Mas Template