Semangat Mereka - Bilik Sastra
Headlines News :
Home » » Semangat Mereka

Semangat Mereka

Written By rumah karya on Selasa, 12 Oktober 2010 | 11.03

Menangislah! Aku ingin menangis. Menjerit sejadi-jadinya. Menyesali diri yang selalu menghabiskan jatah hidup hanya untuk sesuatu yang tak berarti. Aku ingin menangis melihat semangat para ulama dahulu mencari ilmu. Mereka mencari ilmu dengan semangat dan bersungguh-sungguh, tekun belajar dan memberikan seluruh waktunya untuk menulis, menghafal, dan membaca. Hingga akhirnya, hal itu menjadi kenikmatan tiada tara. Sementara bagaimana aku? Ah! Aku benci pada diri. Membiarkan waktu pergi. Aku iri. Ingin semangat seperti mereka, menghabiskan menit-menit untuk belajar. Tapi, aku cuma bermimpi tanpa mau meniti tangga-tangga. Aku takut menginjak duri-duri. Aku takut terpeleset. Yang pada intinya aku malas. Ya! Malas.
Aku iri pada Ibnu Uqail yang tekun dalam membaca dan meraih ilmu, “'Tak halal bagiku menyia-nyiakan sedikit pun waktu tanpa faedah. Bila lisanku berhenti dari menghafal dan berdiskusi, mataku berhenti dari membaca, maka aku menggunakan pikiranku ketika istirahat. Aku tidak bangun, kecuali sudah terlintas dalam benakku apa yang akan aku tulis."
Subhanallah. Sementara aku, apa yang telah kuperbuat dari sekian banyak waktu. Aku tidak bekerja, tidak disibukkan oleh hal lain, kecuali hanya belajar, "Hanya untuk itu kamu disuruh." Kata Ayah dan Ibu dulu. Menangis mengingat semua berlalu. Tak ada buah yang kupetik! Tidak ada!
Imam Nawawi pada awal belajarnya, membaca setiap hari dua belas buku pelajaran kepada para gurunya, lengkap dengan penjelasan dan koreksiaan, “Aku mengomentari semua yang berkaitan dengan penjelasan-penjelasan kitab yang sulit, atau kalimat-kalimat dan tata bahasa yang sulit. Allah memberikan barakah pada waktuku dan kesibukkanku, serta membantuku.”

Telah berapa banyak buku yang telah aku tamatkan? Jangankan dua belas buku perhari. Satu buku dalam sebulan saja belum ada. Kalau begini caranya, bagaimana mungkin aku akan menjadi sumur tempat mengambil air kehidupan. Jadi pintu untuk setiap masalah. Mustahil aku akan menjelma semua. Imam Nawawi tidak pernah menyia-nyiakan waktunya, baik di waktu malam atau siang, dan hanya menyibukkan dirinya dengan ilmu. Bahkan ketika beliau berjalan, beliau terus mengulang-ulang ilmu yang telah dihafalnya, atau membaca buku yang ditelaahnya sambil berjalan. Beliau makan hanya sekali dalam sehari semalam, yaitu setelah isya’ di waktu akhir dan beliau minum hanya sekali di waktu sahur.
Aku selalu menyia-nyiakannya. Berjalan penuh dengan canda dan tawa. Makan banyak, minum banyak. Tidur banyak. Semua serba banyak, kecuali belajar yang tidak banyak. Ya Allah! Betapa meruginya hamba yang selalu terbuai oleh angan kosong serta tipu daya syetan.
Sebagian diantara mereka selalu memanfaatkan waktunya, bahkan tidak meninggalkan menuntut ilmu ketika di dalam kamar kecil (WC) sekalipun. Ibnu Rajab Al-Hanbali bercerita, “Imam Majduddin bin Taimiyah, apabila beliau masuk WC untuk membuang hajat, beliau berkata kepada orang-orang yang berada di sekitarnya, ‘Bacalah kitab ini dan keraskanlah suaramu!’ “Ibnu Rajab berkata, “Hal itu menunjukkan kuatnya semangat dalam belajar ilmu dan meraihnya, serta dalam menjaga waktunya.” Betapa tingginya semangat mereka. Tak hanya dalam majelis mereka belajar ilmu. Dalam hamam pun masih untuk mendapatkan ilmu. Adakah semangatku seperti semangat mereka? Pertanyaan besar yang selalu mengantung dan tak pernah menemui jawaban.
Ada juga diantara mereka yang sambil makan mendengarkan ilmu. Ibrahim bin Isa Al-Muradi berkata, “Saya tidak pernah melihat orang yang lebih rajin dalam menuntut ilmu melebihi Al-Hafidz Abdul Azhim Al-Mundziri. Saya bertetangga dengannya ketika di madrasah, di Kairo, selama dua belas tahun, dan rumah saya berada di atas rumahnya. Setiap kali saya bangun malam, saya selalu mendapatkan lampu di rumahnya menyala. Beliau menyibukkan diri dengan belajar dan menulis. Sampai ketika beliau makan dan minum, kitabnya selalu berada di depannya, beliau membaca dan menelaahnya.”
Begitulah mereka menghargai waktu, tak pernah meremehkan, walau sebentar. Satu detik adalah satu ilmu, atau mungkin lebih. Subhanllah! Betapa jauh semangatku dibandingkan semangat mereka.
Ya Allah! Jadikanlah semangat hamba seperti halnya semangat dalam menuntut ilmu. Amiin!

Share this article :

1 komentar:

Template Information

Label 6

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2011. Bilik Sastra - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Published by Mas Template