Secarik Surat - Bilik Sastra
Headlines News :
Home » » Secarik Surat

Secarik Surat

Written By rumah karya on Rabu, 12 Mei 2010 | 04.04

Dear, Irwan...
Bagaimana keadaanmu di negeri orang sana? Masih betahkah? Semoga kau masih betah dan terus mengejar cita-citamu, seperti halnya nabi Musa yang akan terus mencari seseorang untuk belajar ilmu darinya, walau sampai bertahun-tahun. Atau seperti halnya imam Ahmad yang takkan berhenti berkelana meraup ilmu, sampai kubur memisahkan, semoga semangatmu seperti halnya mereka.

Irwan, terkadang tanpa kita sadari, kita seringkali tertipu oleh nafsu syaitan, menghancurkan semua mimpi dan cita-cita kita, semoga kau jadi orang tegar, seperti halnya nabi Yusuf yang tak terpedaya. Tentunya kau juga ingin seperti dia bukan? Oh, ya, Irwan, di kampung kita masyarakat sedang tersenyum bangga, tahukah kau kenapa? Selama kampung itu tegak, belum ada yang menginjakkan kakinya di luar negeri, belum ada tenaga pengajar yang asli penduduk sana. Pada masamu sekarang, kau telah memecahkan rekor itu, kau menggetarkan kampung kita. Yang lebih menggetarkan lagi, kau berasal dari keluarga yang sederhana atau menengah ke bawah. Kau lihat betapa banyak keluarga mampu yang hidup di atas rata-rata kita, tak ada anaknya yang sampai sekolah sejauh kau sekarang, paling banter, Padang, dan itupun telah kau taklukkan bukan? Namamu dikenal sekarang, setiap kata yang meluncur, namamu selalu terselip disela-sela obralan mereka.

Dan berita gembira juga untukmu, perlahan dari orang tua sudah mulai memasukkan anak-anaknya ke sekolah agama, tentunya berharap bisa sepertimu. Kalau masalah gadis, itu belum bisa aku ceritan padamu, nanti sajalah, yang jelas banyak menunggu kedatangmu.
Dear, Irwan...
Bagaimana keadaanmu di negeri orang sana? Masih betahkah? Semoga kau masih betah dan terus mengejar cita-citamu, seperti halnya nabi Musa yang akan terus mencari seseorang untuk belajar ilmu darinya, walau sampai bertahun-tahun. Atau seperti halnya imam Ahmad yang takkan berhenti berkelana meraup ilmu, sampai kubur memisahkan, semoga semangatmu seperti halnya mereka.Irwan, terkadang tanpa kita sadari, kita seringkali tertipu oleh nafsu syaitan, menghancurkan semua mimpi dan cita-cita kita, semoga kau jadi orang tegar, seperti halnya nabi Yusuf yang tak terpedaya. Tentunya kau juga ingin seperti dia bukan?

Oh, ya, Irwan, di kampung kita masyarakat sedang tersenyum bangga, tahukah kau kenapa? Selama kampung itu tegak, belum ada yang menginjakkan kakinya di luar negeri, belum ada tenaga pengajar yang asli penduduk sana. Pada masamu sekarang, kau telah memecahkan rekor itu, kau menggetarkan kampung kita. Yang lebih menggetarkan lagi, kau berasal dari keluarga yang sederhana atau menengah ke bawah. Kau lihat betapa banyak keluarga mampu yang hidup di atas rata-rata kita, tak ada anaknya yang sampai sekolah sejauh kau sekarang, paling banter, Padang, dan itupun telah kau taklukkan bukan? Namamu dikenal sekarang, setiap kata yang meluncur, namamu selalu terselip disela-sela obralan mereka. Dan berita gembira juga untukmu, perlahan dari orang tua sudah mulai memasukkan anak-anaknya ke sekolah agama, tentunya berharap bisa sepertimu. Kalau masalah gadis, itu belum bisa aku ceritan padamu, nanti sajalah, yang jelas banyak menunggu kedatangmu.

Irwan, setiap perjuangan tak berjalan mulus begitu saja. Aral-aral akan banyak melintang menghadangmu. Tak sedikit orang yang berguguran, tak tahan menahan cobaan. Terlebih coabaan itu datang dari dalam diri, ia musuh dalam selimut, kalau kau tidak hati-hati, kau bisa mati. Namun, tak jarang pula yang berhasil. Ketahuilah irwan, semua orang punya rintangan dan cobaan tersendiri dan semua orang berbeda pula dalam menyikapinya. Penyikapan itulah yang menjadi kunci. Sikap itu persimpangan jalan, salah arah, takkan pernah sampai tujuan. Kau lihat saja dalam pelayaran, satu centi saja meleset pada awalan, berkilo-kilo akan tersesat nantinya. Irwan sahabatku, langkah awal dalam memulai itu penting, jangan kau sampai salah dalam mengambil awalan, sebab bisa jadi kau akan patah-patah. Minimal tulang-tulangmu akan nyilu.

Irawan, masih ingatkah kau cerita ibu ketika kau sampai di Mesir. Dulu dana keberangkatanmu itu belum ada sepeser pun, padahal beberapa minggu lagi kau akan berangkat. Demi menyenangkan hatimu, beliau mengatakan "ada". Tahukah kau betapa pusingnya beliau setelah tiga huruf itu diucapkan. Kemana beliau akan mencari dana sebanyak yang kau minta. Tapi, beliau tetap yakin, kau pasti bisa mereka labuhkan di negeri yang bernama "Mesir". Ingatkah kau, kerja yang mereka lakukan, di luar kerja manusia biasa. Tak semua orang sanggup melakukan itu. Kenapa beliau sanggup, karena beliau memiliki tenaga dalam yang lahir dari semangat, yang lahir dari kebanggaan. Anaknya akan melanjutkan studi di negeri yang sangat jauh, negeri yang sering disebut namanya dalam al Qur'an, negeri yang para nabi banyak hidup di sana, negeri yang ulama banyak menghabiskan waktu di sana. Betapa bangganya mereka. Kebanggaan itulah yang melahirkan tenaga luar biasa. Tentunya kau tak lupa begitu sajakan, Wan. Kurasa dinding memorimu masih hangat dengan ukiran itu.

Irwan, betapa sayangnya ayah dan ibu padamu. Tak lupa mereka mengirimkan pesan-pesan singkat, menanyakan kondisimu. Mereka khawatir akan keadaanmu, apakah kamu sudah makan atau belum, apakah kamu masih ada uang atau tidak. Mereka takkan pernah bisa tidur nyenyak, andai kau sengsara di negeri orang sana. Untuk itu, mereka selalu berusaha keras mencukupi kebutuhanmu, agar belajarmu tak terganggu. Mereka hanya ingin kau belajar, mereka tak ingin belajarmu terganggu, terlebih karena berhari-hari tidak makan. Mereka tak ingin kau bekerja, yang banyak sedikitnya akan dapat menggesek waktu belajarmu. Betapa perhatian sekali mereka padamu. Beruntung sekali kau punya orang tua seperti mereka. Mereka memang tidak punya banyak harta, tapi mereka kaya kasih sayang dan cinta. Dan itu melebihi semuanya. Dengan itu semua rasulullah membina keluarganya, beliau tidakmeninggalkan harta benda, beliau hanya meninggalkan kasih sayang dan cinta. Dengan semua itu kita akan saling melengkapi satu sama lain. Akan saling bantu membantu, pikul memikul. Atau pepatahnya, "berat sama dipikul, ringan sama dijinjing". Betapa indahnya kasih sayang, wan.

Irwan, fluktuatif itu sebagai manusia tentunya ada, kecuali para malaikat dan nabi, down-nya semangatmu dalam belajar dan ibadah, jangan sampai membuatmu jatuh terlalu dalam. Berusahalah terus untuk bangkit. Jangan sampai tembakanmu pada target meleset. Gabungkanlah baramu yang padam itu dengan mereka yang masih menyala. Domba-domba itu akan mudah dimakan serigala dikala ia sendirian. Kau ingatlah semua itu. Kau tentunya tak ingin keringat orang tuamu kering dengan percuma. Ingat, wan! Mati-matian mereka bekerja. Entah bagaimana kondisi badan mereka sekarang. Apakah masih sekencang dulu kulitnya. Apakah masih sekuning dulu kulitnya.

Irwan, terkadang ketidak tekunan kita pada sesuatu sering kali menggores penyesalan. Terlebih di depan mata ada hal yang kita pernah belajar tentangnya, tapi kita tidak sanggup merangkai kata menjelaskan. Untuk itu irwan, tekunlah, perdalamlah sesuatu itu sampai engkau benar-benar paham, jangan hanya sepotong-potong. Karena potongan-potongan itu akan membingungkan orang. Akan membuatmu dalam keraguan.

Irwan, hati-hatilah, syaitan itu ada di depan-belakang, kiri-kananmu. Dan dia telah berjanji untuk menyesatkan manusia sampai hari kiamat nanti. Waspadalah kau dengan tipu dayanya. Ingat! ia hanya penipu, setelah kau jatuh, ia akan membiarkanmu mengerang kesakitan. Juga kau harus ingat, syaitan itu hanyalah makhluk lemah, kata Allah, kau bisa mengalahkannya, dengan cara apa, tentunya dengan cara selalu mendekatkan diri pada-Nya. Semakin dekat kau, semakin tak berkutik ia. Dekatkanlah selalu dirimu pada-Nya, tingkatkan terus amal ibadahmu. Amalkan apa yang telah kau pelajari. Ingatkah kau perkataannya Abu Darda', "tidak ada hal yang lebih aku takutkan ketika ditanya di akhirat nanti melainkan sesuatu yang aku ketahui, tapi aku tidak mengamalkannya." Ingat, wan, jangan sampai ilmu itu jadi bumerang bagimu.

Terakhir, selamat berjuang, kami akan selalu mendoakanmu, semoga kau berhasil menggapai apa yang kau cita-citakan. Amiin...
Share this article :

1 komentar:

Template Information

Label 6

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2011. Bilik Sastra - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Published by Mas Template